https://jurnalmadani.or.id/index.php/madaniinstitute/issue/feedMadani Institute : Jurnal Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan dan Sosial-Budaya2024-07-31T09:16:01+00:00Redaksielbanyumasi@yahoo.co.idOpen Journal Systems<p>JMI : Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan dan Sosial-Budaya</p>https://jurnalmadani.or.id/index.php/madaniinstitute/article/view/317OPTIMALISASI KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN DAN PENDIDIK DALAM PENINGKATAN PELAYANAN DAN KEPUASAAN MAHASISWA PERSPEKTIF AL-QUR’AN)2024-03-10T02:06:30+00:00Ayna RayhaanaRayhaanaayna16@gmail.comAkhmad Shunhajishunhaji.akhmad@yahoo.comSaifudin Zuhri dzuhrie7393@gmail.com<p><em>This article discusses service, both from the academic service aspect, as well as the administrative service aspect of higher education teaching staff with a Qur'anic approach aimed at increasing student satisfaction. This paper uses the method Library Research sourced from the results of studies of various relevant library materials, in the form of books, journals, articles and so on related to the focus of the problem above. In improving administrative services, employees must be professional and apply optimization efforts in providing products and services as guided by the Qur'an. Academic services need to optimize lecturer competencies, namely Pedagogical, Personality, Professional, Social competencies with a Qur'anic approach, then the quality of service will have implications for increasing student satisfaction, it is hoped that this will give rise to loyalty which will provide benefits for universities</em></p>2024-03-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://jurnalmadani.or.id/index.php/madaniinstitute/article/view/318MAKNA AHL AL-KITÂB DALAM PRESPEKTIF AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF ATAS TAFSÎR AL-MANÂR DAN TAFSÎR AL-MISHBÂH̲)2024-03-14T02:49:18+00:00Muflihun Muflihunmuflihsukses9@gmail.comAli Nurdinalinurdin@ptiq.ac.idZakaria Husin LubisZakarialubis@ptiq.ac.id<p><em>Penjelasan mengenai Ahl al-Kitâb telah banyak dibahas dalam berbagai literatur keislaman terutama di dalam kitab-kitab tafsir. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pemahaman ulama mengenai cakupan Ahl al-Kitâb kitab mulai mengalami perubahan para ulama sepakat bahwa mereka adalah Yahudi dan Nasrani. Namun mereka berbeda dalam hal cakupan makna Ahl al-Kitâb, sebagian mengatakan Ahl al-Kitâb adalah Yahudi dan Nasrani keturunan Bani Israil saja, sementara yang lain mengatakan bahwa Ahl al-Kitâb adalah Yahudi dan Nasrani kapan pun dan di manapun mereka berada. Pembahasan ini akan diteliti menggunakan metode maudhu’i, berupa riset kepustakaan, dengan analisis data deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, penulis mendapatkan pengungkapan kata Ahl al-Kitâb dalam al-Qur'an sebanyak 11 bentuk,. Mengenai makna Ahl al-Kitâb, Rasyid Ridha sepakat dengan jumhur ulama, hanya saja pendapatnya tentang cakupan Ahl al-Kitâb lebih luas dari ulama sebelumnya. Dalam Tafsir al-Manar, cakupan Ahl al-Kitâb tidak hanya sebatas Yahudi dan Nasrani, tetapi juga mencakup agama-agama lain seperti Majusi, Shabi'in, penyembah berhala di India, Cina dan siapa saja yang serupa dengan mereka. Menurutnya, semua agama tersebut bisa dimasukkan dalam cakupan ahli kitab karena pada awalnya semua agama menganut tauhid. Sedangkan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memahami makna Ahl al-Kitâb adalah semua penganut agama Yahudi dan nasrani dimanapun, kapanpun dan dari keturunan siapapun. Dia memahami makna seperti itu karena berdasarkan al Quran yang hanya terbatas pada dua golongan saja yaitu Yahudi dan Nasrani</em></p>2024-03-14T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://jurnalmadani.or.id/index.php/madaniinstitute/article/view/319INTERNALISASI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 69 JAKARTA2024-04-22T04:27:34+00:00Nurul Mukminnurulmukptiq@gmail.comEE. Junaedi Sastradiharjaedyl1706@gmail.comSusanto susantosusanto@ptiq.ac.idAhmad Zain Sarnotoahmadzain@ptiq.ac.id<p><em>This research aims to determine the impact of internalizing the values of religious moderation on the attitudes, thought patterns and behavior of students at SMK Negeri 69 Jakarta. This is based on the achievements of years of tolerance that internalization efforts are very important for middle level teenagers, they are often unsure and easily influenced by wrong religious ideologies. This research uses a narrative qualitative approach, with the research object being students in grades X-XII for the 2023/2024 academic year. This research data comes from observation, direct interviews in the field, and through documentation study techniques. The findings of this research show 1. Internalization of moderation values through the role of the curriculum; 2. Hidden curriculum by integrating teaching and learning and extracurricular content; and 3. Instilling moderation values through the 5S program (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun). Students at SMK Negeri 69 Jakarta initially did not have an understanding of the values of religious moderation and low personality, such as attitudes, thought patterns and behavior that were indifferent, selfish and ignorant. However, they have excellent potential to be developed through various educational processes in achieving national education goals in realizing the golden generation of 2045 as role models for moderate students.</em></p>2024-04-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://jurnalmadani.or.id/index.php/madaniinstitute/article/view/320PENYAKIT NABI AYUB DALAM AL-QUR’AN MENURUT IBNU KATSIR DAN AL-SAYYID MUHAMMAD BIN ‘ALAWI AL-MALIKI AL-HASANI (Studi Perbandingan Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm dan Jala’ al-Afhâm Syarh Aqîdah al-Awâm)2024-05-22T06:28:23+00:00Farhan FarisAlialfarez01@gmail.comAbd Muid Nawawiabd.muid@uinjkt.ac.idNurbaiti Nurbaitinurbaiti@ptiq.ac.id<p><em>The focus of this research is to analyze the illness of the Prophet Job by comparing the opinions of Ibn Kathir and al-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani. This research is limited to the interpretation of the Prophet Ayub's illness carried out by Ibnu Kathir in Q.S. al-Anbiyâ'/21: 83 and Q.S. Shâd/38: 41-44, also the opinion of al-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani in the book Jala' Al-Afhâm Syarh 'Aqîdah al-'Awâm. The type of research used is library research using a comparative study research method between the opinions of Ibn Katsir and al-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani and supported by other secondary sources such as Tafsîr al-Azhâr and Tafsîr al-Marâgi . It was found in this research that in studying Ibn Kathir's interpretation of the Prophet Ayub's illness in Q.S. al-Anbiyâ'/21: 83 has slight differences with the interpretation of Q.S. Shâd/38: 41. In Q.S. al-Anbiyâ'/21: 83, as a result of the skin disease experienced by the Prophet Job, the flesh of the Prophet Job fell off until nothing remained except his nerves and bones. Then the Prophet Job's illness became very serious, namely the disease that befell him was leprosy which affected his entire body, so that not a single part of his body was safe from this disease, except for his heart and tongue which always recited the remembrance of Allah SWT. In Q.S. Shâd/38: 41, Ibn Kathir even exaggerated in describing the disease that affected the entire body of the Prophet Job so that not a single pore of his body was safe from the disease except only his heart. Meanwhile, al-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani in the book Jala' al-Afhâm Syarh Aqîdah al-Awwâm comments that the Prophet and Apostle only had mild skin ailments. Al-Maragi indicated that the skin diseases suffered such as eczema, itching, and the like were not contagious and could be cured with artesian water or sulfur water</em></p>2024-05-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://jurnalmadani.or.id/index.php/madaniinstitute/article/view/322HUKUMAN MATI DALAM TAFSÎR AL-MISHBÂH2024-07-31T09:16:01+00:00Almasyah AlmasyahAlmasyahmhsiatptiq@gmail.comAbd Muid Nawawiabd.muid@staff.uinjkt.ac.id<p><em>Penelitian ini mengungkapkan bahwa hukuman mati dalam tafsir al-Qur’an adalah hukuman yang berkaitan dengan tiga jenis sanksi hukum yang berbeda, yaitu qishâsh, hudûd, dan ta'zir. Namun, al-Qur'an mengatur penerapan hukuman mati hanya untuk kasus-kasus tertentu, hukuman mati berlaku dalam kasus pembunuhan berencana (al-qatl al-‘amd), di mana seseorang dengan sengaja mengambil nyawa orang lain. Selain itu, hukuman mati juga diberlakukan dalam kasus perzinahan yang dilakukan oleh pihak yang sudah menikah (az-zina al-muhshan). hukuman mati juga dapat diberlakukan dalam kasus pemberontakan atau makar (bughat), yang mengancam stabilitas dan keamanan negara. dan kemurtadan, yaitu ketika seseorang keluar dari agama Islam karena menghina atau mempermainkan agama (ar-riddah). Menurut Muhammad Quraish Shihab, Sayyid Qutb, Wahbah Al-Zuḥaili, Sya’rawi, Abû Hanîfah dan Qurthubî dengan membunuh si terpidana sampai mati, maka setiap orang yang merencanakan pembunuhan akan berpikir seribu kali. Sebab yang paling berharga bagi manusia adalah hidupnya, dan yang paling ditakutinya adalah kematian. Sebaliknya jika tidak ada hukuman mati terhadap si pembunuh, maka tangannya akan semakin ringan untuk menganiaya dan membunuh. Sementara pendapat Negara mengemukakan bahwa hukuman mati bertentangan dengan pasal 281 Ayat (4) UUD 1945 “Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab Negara terutama pemerintahan”. Sudah menjadi pengetahuan di kalangan para ahli hukum bahwa Criminal Justice System is not infallible. Sistem peradilan pidana tidaklah sempurna. Peradilan pidana dapat saja keliru dalam menghukum orang-orang yang tidak bersalah. Polisi, jaksa penuntut hukum maupun hakim adalah juga manusia yang bisa saja keliru ketika menjalankan tugasnya. Berkaitan dengan hukuman mati bersifat irreversibel. Orang di eksekusi mati tidak dapat dihidupkan lagi walaupun di kemudian hari diketahui bahwa yang bersangkutan tidak bersalah. Dengan demikian, al-Qur'an mengatur hukuman mati sebagai sanksi hukum yang ketat dan terbatas, yang hanya diterapkan dalam kasus-kasus yang serius dan merusak masyarakat atau agama Islam</em></p>2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024